perumahan bersubsidi dari perumnas

balai kartini, 29 Juli – 3 Agustus 2008, sedang diadakan pameran hunian bersubsidi, mulai dari rumah pribadi, rumah susun, apartemen, cluster, town house, kavling, ampe kios-kios pun ada. banyak istilah yang membuat kita pusing, apa beda nya cluster ama kavling? belum lagi town house ama ruko, bisa jadi kita adalah orang yang terbodoh dg istilah2 itu di pameran (ya iyalah wong beda dunia gitu lho, makanya jgn kelamaan di dunia maya, ampe di dunia nyata malah gatek, hehehe)

awal kali masuk, rada bingung juga mo mulai dari mana, soalnya masuk pintu aja dah di tawarin brosur2, price list, dan simulasi kredit KPR/KPA, “mbak-mbak, saya aja lom liat-liat, kok ya udah dibagiin brosur? ntar rugi lho mbak, kertas khan mahal” wakaka … resiko ini pun tidak membuat divisi marketing mereka pusing, demi lakunya dagangan mereka, ada yang menawarkan kataloque peserta yang ikutan pameran beserta kontak personnya dengan hanya membeli sebesar 10 ribu saja, plus kita diberikan nomor undian untuk diisi biodata singkat sapa tau bisa menang HP gratis, waktu itu sih yg di tawarkan HP CDMA, mungkin yg 100 ribu an kali ye .. hehehe …

perumnas berhasil meng-gaet developer2 (rumah, bukan Programmer) untuk ikutan dengan syarat ikut program pemerintah yaitu didukung dengan subsidi, perlu disadari juga untuk kita-kita, subsidi yang dimaksud dalam program pemerintah ini bisa macem-macem, salah satu contohnya, developer A menawarkan harga rumah 250 jt, dengan disubsidi oleh pemerintah sebesar 10% nya (ini angka standar subsidi di setiap proyek perumahan yang ditujukan ke masyarakat), nah jadi total harga setelah di subsidi menjadi 225 jt. developer A menawarkan DP 10% dari harga awal, so berarti DP yang harus kita bayarkan ada 0%, karena sudah terbayar dengan subsidi, selanjutnya harga yg musti dibayarkan adalah 225 jt, bisa langsung lunas (hard cash ) atau pelunasannya secara bertahap selama kurang dari 1 thn (cash bertahap), atau pilihan terakhir adalah dengan cicilan (kpr/kpa), kpr untuk rumah, kpa untuk apartemen.

beda lagi dengan developer B, yang menentukan DP 20% – 30% sehingga subsidi tidak berefek banyak, dengan harga 250jt pun cukup memberatkan konsumen pada saat pelunasan DP, salah satu solusi nya adalah DP dapat di cicil, ada opsi 3x sampai 10x selama 10 bulan, gilee… 10 bulan kita nyicil ternyata cuman bayar DP doank!!??? … berarti max kredit adalah selama 20 thn + 10 bulan donk? kere deh …

banyak strategi yang dapat diambil dalam menyiasati hal ini, misal dengan DP sekecil-kecilnya agar dapat ke-beli rumahnya, secara rata-rata kesulitan orang untuk punya rumah adalah karena DP nya terlalu besar, setelah nya baru deh dilihat besar angsurannya tiap bulannya, terakhir yang perlu di hati-hati kan adalah seberapa lama nya kita nyicil, kalo ampe 20 thn (240 bulan) bisa-bisa kita udah tua masih pikirin cicilan rumah, bah kagak sejahtera donk ? ga bisa shopping2 donk ? huehue ..

banyak yg bilang DP nya yg harusnya di usahakan yang terbesar, selanjutnya untuk mencegah kredit yang berkepanjangan. inget juga tentang bunga nya, secara value besar pinjaman kita misal 250 jt tapi kita harus membayar hingga 500 jt khan gelo namanya, dari bunga nya aja bisa dpt 1 rumah lagi haha .. gimana ga developer pada subur2 tuh ? dengan duit cicilan proyek perumahan ini bisa buka perumahan baru lagi, terus hingga untung menggunung di rekening bank, hayo sapa yang ngiri?

salah satu temen gue juga seorang mandor proyek perumahan, yg skrg ini memimpin 3 proyek perumahan, 1 sudah kelar tinggal di tempatin, 1 sedang bangun, dan 1 lg sedang di urus pembebasan lahannya, cerita punya cerita, ternyata begitulah alurnya, cicilan konsumen dipake buat membuka lahan baru, bahkan hingga selesai rumah pun, si developer akan dapat masukan hingga 20 thn kedepan, bahkan bisa dibilang balik modal ampe 5x lipat atau lebih, gimana ga, lahan kosong di bebaskan cuman 40% dari total pembangunan proyeknya, perhatikan disini yang diitung cuman tanah, sedangkan konsumen membayar untuk rumah dan tanah, gue pernah itung-itung tanahnya hanya bernilai 40% dari total harga 1 rumahnya, so sapa yang mau jual tanah? rugi bandar pasti, mending dia bangun sendiri baru deh jual …

memang sih tidak cuma itu yang di nilai dari investasi rumah/apartemen, karena akses dan lokasi menentukan harganya, baik tanah maupun bangunan rumah itu sendiri, terakhir adalah model, lingkungan dan fasilitas akan mendongkrak hingga 1.5x lipatnya. lokasi yang bakalan menentukan akses itu mudah atau ribet, faktor klasik kemacetan pun bakalan bikin pusing berkepanjangan. gw sendiri mengakui saat melihat 2 brosur perumahan dengan lokasi dalam 1 wilayah yang sama, brosur A menawarkan perumahan lengkap dengan fasilitasnya seperti sport center, mini market, play ground, jogging track, security monitoring, dan one-gate entrance rapih sedangkan brosur B menawarkan cluster kecil yang hanya berisi 10-16 rumah (yupe, hanya rumah saja) sangat berbeda jauh. sebut saja dengan kocekan 200 jt di A dapat ukuran rumah 36/72 sedang dengan rupiah yang sama di B bisa mendapat type 54/110 plus rancangan layout rumahnya bisa terserah kita, ada yang mau? hehe ..

developer A dengan modal besar sedang developer B dengan modal kecil, tapi dapat menjual produk lebih menggiurkan untuk level orang yang cermat akan fungsinya. kok bisa? karena pada dasarnya akses dan fasilitas umumnya (sport center,jogging track,play ground, dst) hanyalah kebutuhan tersier, ga datang secara urgent hari ini ataupun tidak datang secara kontinyu, berbeda dengan rumah dengan kamar tidur luas, kamar mandi ideal, dapur nyaman, model rumah yang asri adalah value absolute untuk penghuninya, dan langsung terasa kapanpun.

jadi? pilih fungsi atau fasilitas ?
selamat memutuskan =)